Jumat, 05 Desember 2014

Budaya yang ada di daerah saya



Buka Luwur

“ Buka Luwur ” merupakan salah satu kebudayaan yang ada di Jepara. “Buka” yang artinyamembuka dan “Luwur” yang merupakan kain putih penutup makam. Jadi, Buka Lurur merupakan wujud kebudayaan yang berupa kesatuan aktivitas. Buka Luwur ini dilaksanakan setahun sekali dan inti dari acaranya yaitu mengganti kain yang lama dengan kain yang baru. Tidak semua makam melakukan hal ini, karena Buka Luwur hanya dilakukan pada makam – makam tertentu. Biasanya makam – makam para wali atau makam para bangsawan atau tokoh yang berperan penting dalam sebuah masyarakat.


Di Jepara sendiri cukup banyak tempat pemakaman yang melakukan acara Buka Luwur ini. Diantaranya yaitu Mantingan, Kanjeng Ibu Mas, Mbah Ki Tanu Jayan, Mbah Datuk, dan beberapa makam lagi. Dalam hal ini, penulis mengambil contoh yang ada di makam Mbah KI Tanu Jayan. Beda tempat, beda pula pelaksanaannya, namun pada intinya sama yaitu mengganti kain penutup makam yang lama dengan penutup makam yang baru. Acaranya biasanya dilakukan setelah dzuhur. Diawali dengan berdoa bersama disekitar makam, bershalawat, yang diikuti oleh ribuan masyarakat sekitar, bahkan terkadang ada yang dari luar kota. Selain itu, tokoh agamanya juga akan membacakan ayat – ayat suci Al – Qur’an lalu dilanjutkan dengan penggantian kain dan pembagian nasi. Dulu, nasi tidak dibagikan melainkan diperebutkan. Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang nasi dibagikan. Namun juga di beberapa tempat nasi masih diperebutkan. Masyarakat percaya bahwa nasi tersebut dapat memberi berkah. Setelah acara selesai, ditutup dengan doa bersama. Biasanya, pada malam harinya akan ada acara lanjutan seperti pengajian akbar, atau acara – acara islami lainnya.


Analisis :
1.      Berdasarkan Persebaran Kebudayaan
Dalam kebudayaan “ Buka Luwur ” diatas, terdapat jenis persebaran kebudayaan sosialisasi dan enkulturasi. Berikut akan dijelaskan lebih lengkapnya :
a.             Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses persebaran kebudayaan karena ada kebersinggungan dengan orang lain. Menurut KBBI, Sosialisasi artinya suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Pengertian sosialisasi secara umum dapat diartikan sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya. Proses pembelajaran berlangsung secara bertahap, perlahan tapi pasti dan berkesinambungan. Pada awalnya, proses itu berlangsung dalam lingkungan keluarga, kemudian berlanjut pada lingkungan sekitarnya, yaitu lingkungan tetangga, kampung, kota, hingga lingkungan negara dan dunia.
Alasan penulis kenapa budaya ini mengalami proses persebaran kebudayaan berupa sosialisasi, karena kebudayaan buka luwur yang ada di Makam Mbah Ki Tanu Jayan ini lahir karena adanya kebersinggungan dengan budaya lain. Awalnya, Buka Luwur ini hanya dilakukan di Mantingan dan di Makam Sunan Kudus. Karena proses sosialisasi, kebudayaan ini mulai menyebar dan akhirnya banyak makam yang melakukan kebudayaan ini. Meskipun demikian, tidak semua makam. Hanya makam dari tokoh – tokoh yang berpengaruh di daerah tersebut. Tak hanya sebatas itu, Buka Luwur ini juga diadakan sebagai wujud rasa penghormatan terhadap tokoh adat yang telah berpengaruh besar bagi perkembangan daerah tersebut.
b.            Enkulturasi
Enkulturasi merupakan persebaran kebudayaan berdasarkan norma yang berlaku. Seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma dan peraturan yang hidup dalam kehidupannya. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini berlangsung sejak kecil, mulai dari lingkungan kecil (keluarga) ke lingkungan yang lebih besar (masyarakat).
Sesuai dengan definisi dan penjelasan diatas, kebudayaan Buka Luwur telah mengalami persebaran kebudayaan yaitu enkulturasi. Budaya Buka Luwur ini pada awal pembangunan punden makam Mbah Ki Tanu Jayan belum ada. Buka Luwur ini termasuk budaya baru yang ada di Mayong, khususnya di Makam Mbah Ki Tanu Jayan. Budaya Buka Luwur ini bukan budaya asli masyarakat Mayong. Dulunya, Buka Luwur hanya dilakukan di makam sunan seperti Makam Mantingan dan Sunan Kudus. Seiring dengan perkembangan zaman dan telah mengalami persebaran budaya berupa enkulturasi, budaya Buka Luwur sampai di Mayong dan diterima masyarakat Mayong. Sehingga sampai sekarang, budaya ini masih dilakukan di Makam Mbah Ki Tanu Jayan. Budaya ini tidak melanggar norma yang ada di masyarakat Mayong sehingga warga masyarakatnya menyambut baik dan menerima kebudayaan ini. Masyarakat menganggap bahwa kebudayaan ini baik dan tidak termasuk dalam syirik atau hal – hal yang dilarang oleh agama yang dianut warga masyarakat Mayong. Selain itu, masyarakat juga menjadikan budaya ini sebagai suatu kegiatan untuk menghargai tokoh adat yang telah berperan dalam perkembangan suatu daerah. Sampai saat ini, Buka Luwur dijadikan sebagai tradisi tahunan yang selalu dilaksanakan setiap bulan Syuro. Warga masyarakat percaya, bulan ini meruakan bulan baik.

2.      Berdasarkan Perubahan Kebudayaan
Berdasarkan perubahan kebudayaan, budaya Buka Luwur mengalami proses perubahan kebudayaan yaitu difusi dan akulturasi. Penjelasan lebih lengkapnya akan dibahas sebagai berikut :
a.          Difusi
Dalam buku “ Antropologi ” karangan Nugroho dijelaskan bahwa difusi merupakan persebaran unsur – unsur kebudayaan di muka bumi. Ada juga yang menyebukan bahwa difusi merupakan masuknya unsur – unsur kebudayaan ke dalam budaya lain. Dalam KBBI, difusi merupakan penyebaran atau perembesan sesuatu (kebudayaan, teknologi, ide) dari satu pihak ke pihak lainnya; penghamburan; pemencaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa difusi merupakan perubahan kebudayaan dimana unsur – unsur sebuah kebudayaan masuk ke dalam kebudayaan lain.
Mengapa penulis menyimpulkan bahwa kebudayaan Buka Luwur telah mengalami proses perubahan budaya berupa Difusi? Jawaban dari pertanyaan ini adalah karena adanya unsur – unsur budaya dari luar yang masuk dalam budaya tersebut. Unsur budaya yang masuk dalam budaya ini yaitu berupa ilmu pengetahuan. Dulu, makanan tidak dibagikan seperti sekarang ini, namun diperbutkan. Semua makanan ditempatkan jadi satu, lalu setelah doa selesai, makanan yang berupa nasi bungkus itu diperebutkan warga. Itu dulu, sebelum masuknya unsur budaya yang berupa ilmu pengetahuan. Sekarang budaya Buka Luwur yang ada di Mbah Ki Tanu Jayan sudah sedikit berubah karena sudah ada salah satu unsur budaya dari luar yang masuk dan mempengaruhinya. Selain itu, dalam memasak makanannya. Sekarang berbeda dengan zaman dahulu. Sekarang memasaknya dibagi per rumah. Jadi, setiap rumah nantinya akan menyetorkan makanan yang sudah dibungkus yang telah dibagi oleh panitia sebelumnya. Hal ini lebih efisien dibandingkan memasak dalam jumlah besar dan membutuhkan waktu lama. Meskipun demikian, hal ini tidak mempengaruhi ataupun merubah acara intinya.
b.         Akulturai
Akulturasi merupakan suatu proses sebuah masyarakat dihadapkan dengan pengaruh kebudayaan lain atau asing. Dalam proses itu, sebagian mengambil alih secara selektif unsur kebudayaan asing dan sebagian lagi berusaha menolak pengaruh itu. Dalam sumber lain disebutkan bahwa akulturasi merupakan perpaduan dua kebudayaan yang menghasilkan suatu kebudayaan baru dan tidak menghilangkan unsur – unsur asli budaya yang telah ada. Untuk lebih memudahkan dalam mengingat, biasanya menggunakan rumus A + B = AB.
Bentuk akulturasi dari budaya Buka Luwur ini yaitu perpaduan  budaya Jawa dan budaya Islam. Budaya Jawa yaitu masih digunakannya kemenyan dalam berdoa, dan budaya Islam yaitu pembacaan ayat – ayat suci Al – Qur’an. Keduanya dipadukan dalam budaya Buka Luwur. Kemenyan disini dipercayai bahwa akan mempercepat doa naik ke langit dan cepat didengar oleh Sang Maha Kuasa. Meskipun begitu, hal ini tidak dijadikan yang utama. Warga masyarakat tetap teguh pada agama Islamnya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar