Jumat, 24 Oktober 2014

puisi untuk abang,



Bang . . .
Oleh : Pebbe Dwi Wulandari
Goresan tinta yang membekas dalam saku
sebagai tanda
betapa kau telah menuliskan sajak kehidupanmu


ini bukan tentang rangkaian kata yang kutulis lalu kau baca
bukan juga tentang sajak dengan keindahan kata – katanya
ini juga bukan tentang ungkapan yang tak sengaja tertuliskan
namun, ini tentang hati yang lama tak terungkapkan

coretan pena ini bukan tak disertai linangan air mata
dan air mata ini bukan tak memiliki makna
rangkaian kata yang sulit kau urai ini, Kamu!

pemilik semangat membara empat lima
lelaki kedua yang takkan kusebut namanya
seorang penjelajah hutan antero raya
penopang hidup bagi keluarganya
penerang jiwa bagi bangsanya

hangat mentari pagi mengantarkan kepergianmu
senyum senja menyambut kepulanganmu
panas badai
dingin kemarau
mengiringi langkah dengan semangat juangmu
jalan berliku
tebing berbatu
menemani perjalanan kesuksesanmu
langkah yang tak pernah terhenti
meski darah mengucur dari sela pori

hanya doa dalam sisipan sujud dan renunganku
selalu tersisip namamu di hadapanNya
berharap dengan sajak ini, rinduku tersampaikan untukmu
berharap angin kemarau ini menerbangkan doa ku
membawa kepadaNya
doa dari si bungsu untuk sang sulung

Semarang, 21 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar